Sangatlah mudah berkata bahwa Tuhan adalah segalanya. Juga betapa banyak kalimat senada seperti ini yang dapat diucapkan terhadap Tuhan. Faktanya, banyak orang sesat dalam pikirannya, merasa sudah menjadikan Tuhan segalanya tetapi sebenarnya belum bahkan tidak sama sekali. Sejatinya Tuhan hanya dijadikan alat bukan tujuan. Mereka menempatkan Tuhan sebagai pelengkap hidup dan alat untuk meraih apa yang dianggap sebagai kebutuhan mutlak. Ini berarti, ketika mengatakan: “Tuhan, Kaulah segalanya”, tindakan atau usaha untuk memperdaya Tuhan. ini sama dengan seorang wanita yang berkata kepada seorang pria: “Aku cinta padamu, kau segalanya bagiku”, padahal yang dijadikan tujuan adalah harta pria tersebut. Betapa jahat dan kurang ajarnya kalau hal tersebut ditujukan pada Tuhan. Menjadikan Tuhan segalanya adalah keharusan atau wajib, sebab tanpa menjadikan Tuhan segalanya berarti seseorang tidak dapat menjadi umat yang layak bagi Tuhan. Standar atau ukuran keintiman yang harus dimiliki umat Perjanjian Baru dengan Tuhan adalah seperti hubungan sepasang kekasih, mempelai atau hubungan suami istri. Jadi kalau seseorang merasa sudah menjadikan Tuhan segalanya padahal sebenarnya belum, betapa membahayakan keadaannya sebab ia menempatkan Tuhan di tempat yang tidak pantas. Seharusnya Tuhan di tempat yang paling mulia, yaitu sebagai kekasih satu-satunya yang dicinta.
Cinta adalah sesuatu yang sangat indah sekali. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan perasaan agar bisa “dimainkan” untuk Tuhan. Cinta yang dapat mengikat dua insan dalam pengembaraan bersama yang penuh misteri adalah ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Satu realita yang tidak dapat dimengerti. Penulis Amsal yang bijaksana dan cerdaspun mengomentari: “aku tidak mengerti” (Ams. 30:18-19). Dalam hal ini, nyata kecakapan Tuhan bukan hanya menciptakan alam semesta dengan hukum-hukum-Nya, tetapi hubungan antar pribadi juga merupakan bukti atau ekspresi dari keahlian Tuhan semesta alam. Dalam Efesus 5:31-32, dinyatakan bahwa hubungan antara pria dan wanita yang terikat dalam suatu percintaan yang kemudian membangun sebuah rumah tangga adalah “misteri”. Kata “rahasia” dalam teks aslinya adalah musterion (μυστήριον). Hal ini menunjuk hubungan yang unik dan luar biasa.
Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus menunjukkan bahwa hubungan jemaat dengan Tuhan Yesus sebagai hubungan mempelai pria dengan mempelai wanita (2Kor. 11:2-3). Amin (truth) Tuhan Yesus Memberkati Shalom.